ANTIHISTAMIN


ANTIHISTAMIN

·        Histamin
            Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai proses fisiologi penting. Histamin dikelarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Sumber histamin dalam tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamin (Siswandono, 2016 )
                                         

            Histamin melakukan kerja biologisnya berkombinasi dengan reseptor selular yangterdapat pada permukaan membran. Ada 3 jenis reseptor histamin yang dikenal disebut H1, H2 dan H3. Didalam otak reseptor H1 dan H2 terdapat pada pascasinaptik, sedangkan H3 berada dimembran pascasinaptik (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008)

·         Antihistamin
            Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin denga reseptor spesifik ( Siswandono, 2016 )
            Menurut Siswandono (2016), antihistamin dibagi menjadi tiga menurut hambatan pada reseptor spesifik, yaitu :
1.     Antagonis-H1
        Sering disebut antihistamin klasik atau antihistamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1.
Antihistamin yang memblok resseptor H1 secara umum mempunyai struktur sebagai berikut
                               
 Ar              = gugus aril termasuk fenil, fenil tersubstitusi dan heteroaril
 Ar’            = gugus aril kedua
R dan R’    = gugul alkil
X               = gugus isosterik seperti O, N dan CH
X         = O, adalah turunan eter aminoalkil, senyawa menimbulkan                      efek sedasi yang besar
X        = N, adalah turunan etilendiamin, senyawa lebih aktif tapi                       juga lebih toksik
X         = CH, adalah turunan alkilamin, senyawa kurang aktif tetapi                       toksisitasnya lebih rendah
     Berdasarkan struktur kimia antagonis H1 dibagi menjadi enam kelompok, yaitu :
a.     Turunan Eter Aminoalkil Ar(Ar-CH2)CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
-         Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik   akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
-    Pemasukan CH3 pada para cincin aromatik juga meningkatkan     aktivitas tapi pemasukan pada orto menghilangkan efek antagonis H1 dan meningkatkan aktivitas antikolinergik.
-   Turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna
Contoh : difenhidramin HCL, dimenhidrinat, karbinoksanam maleat, klorfenoksamin HCL, klemastin fumarat dan piprinhidrinat.
Dimenhidramin HCL → antihistamin kuat mempunya efek sedatif dan antikolinergik. Digunakan pada berbagai kondisi alergi seperti pruritik, urtikaria, ekzem, rinitik, antispasmodik, anti emetik, obat batuk.
       


b.     Turunan Etildiamin Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Keefektifan cukup tinggi meskipun efek penekan sistem saraf pusat dan iritasi lambung cukup besar
Contoh : Tripenelamin HCL, Antazolin HCL, mebhidrolin nafadisilat dan bamipin HCL.
Tripelenamin HCl → efek antihistamin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anastesi setempat. Efektif untuk pengobatan gejala alergi kulit,seperti pruritis dan urtikaria kronik.
Antazolin HCl   → efek antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain. Antazoin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakain setempat dua kali lebih besar dibanding prokain HCl. 3.   
                      
c.      Turunan Alkilamin Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antihismatin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas rendah.
Contoh : Feniramin maleat, bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat dan tripolidin HCL
Feniramin Maleat       → turunan alkilamin yang mempunyai efek antihistamin H1 terendah.
Klorfeniramin Maleat  → antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi. Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatic feniramin maleat akan meningkatkan aktivitas 20 kali lebih besar dibanding feniramin dan batas keamananya 50 kali lebih besar dibanding tripelinamin.Penyerapan Obat dalam saluran cerna cukup baik ± 70% obat terikat oleh protein plasma .
Deksklorofeniramin Maleat → isomer dekstro klorfeniramin maleat,mempunyai aktivitas yang lebih besar dibanding campuran resematnya. 
                        

d.     Turunan Piperazin
Efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dengan masa kerja panjang ± 9 – 24 jam. Digunakan untuk mencegah dan mengobati mual, muntah dan pusing serta untuk menguragi gejala alergi seperti urtikaria
Contoh : siklizin, buklizin, setirizin, sinarizin, homoklorsiklizin, hidroksizin HCL dan oksatomid.
Homoklorsiklizin → spectrum kerja luas merupakan antagonis yang kuat terhadap histamin,serotonin dan asetilkolin,serta dapat memblok kerja bradikinin slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A). Digunakan untuk alergi dermal,seperti pruritis,ekzem dermatitis dan erupsi,serta alergi rinitis.Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik,kadar plasma tertinggi dicapai 1 jam setelah pemberian oral
Hidroksizin HCl →  menekan aktivitas daerah tertentu subkortikal system saraf pusat sehingga digunakan untuk memperbaiki gejala ketegangan dan kecemasan pada psikoneurosis dan sebagai sedative pada pramedikasi anestesi dan juga mempunyai efekantihistamin,bronkodilator,analgesic danantiemetik. 3.      Oksatomid  → merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai jenis reaksi alergi.Mekanisme kerjanya berbeda dengan antihistamin klasik lainya yaitu dengan menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast,sehingga menghambat efeknya.Kerja antialergi lebih luas dibanding antihistamin klasik lainya yang hanya memblokade efek dari histamin. Oksatomid digunakan untuk pencegahan dan pengobatan alergi rinitis ,urtikaria kronik dan aergi makanan.Oksatomid juga untuk asam ekstrensik tetapi tidak untuk pencegahan.
                          
e.     Turunan Fenotiazin
Mempunyai efek antihistamin dan aktivitas transquilizer dan antiemetik dan dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Contoh : prometazin HCL, metdilazin HCL, mekuitazin, oksomemazin, isotipendil HCL, trimeprazin dan pizotifen hidrogen fumarat.
Metdilazin HCL Utama digunakan sebagai anti pruritik. Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar darah terttinngi dicapai 30 menit setelah pemberian oral
Mekuitazin Efek kuat dengan masa kerja lama. Digunakan untuk memperbaiki gejala alergi, terutama laergi rinitis, pruritik, urtikaria dan ekzem
                             
f.       Turunan lain-lain
Siproheptadin HCL antihistamin dengan aktivitas sebanding klorfeniramin maleat. Juga mempunyai efek antiserotonin, antimigrain, perangsang nafsu makan dan tranquilizer. Struktur berhubungan dengan fenotiazin yaitu atom S pada cincin trisiklik diganti dengan –CH=CH- dan N diganti dengan C sp2.
Azatadin Maleat aza isomer dari siproheptadin, didapat dengan mereduksi ikatan rangkap C10-C11 . Dan merupakan antihistamin kuat dengan masa kerja lama dan efek sedasi rendah.
                       
2.     Antagonis-H2
      Senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Secara umum digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antara lain adalah diare, nyeri otot dan kegelisahan.Mempunyai struktur serupa dengan histamin, yaitu mengandung cincin imadazol tetapi berbeda pada lama gugus rantai samping yang meskipun polar tetapi tidak bermuatan.
Mekanisme Kerja :
Sekresi asam lambung dipengaruh oleh histamin, gastrin dan setilkolin. Antagonis H2 menghambat secar alangsung kerja histamin pada sekresi asam dan menghambat kerja potensial histamin pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin. Jadi histamin mmepunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensial, sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensiasi.
Contoh : Simetida, ranitidin HCL, famotidin, roksatidin asetat HCL, nizatidin.
Roksatidin asetat HCL antagonis H2 yang kuat dengan masa kerja cukup lama. Digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antara lain trombpsitopenia, leukopenia, konstipasi, diare, sakit kepala dan pusing.
                


Permasalah
  1. Apa saja efek samping yang ditimbulkan dari antihistamin dan yang manakah yang    paling sering terjadi?3.
   2. Bagaimana kontra indikasi antihistamin terhadap makanan ataupun obat lain?
     3. Pengaruh apa yang akan  timbul jika antihistamin digunakan dalam waktu lama?


Referensi
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal Edisi 2, Airlangga University Press,          Surabaya.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi,       EGC, Jakarta.


4.      


Comments

  1. Hai widya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    Kontraindikasi Antagonis H1
    1. Wanita hamil dan menyusui, kecuali prometazin, doksilamin, dan terfenadin dapat digunakan oleh wanita hamil.
    2. Asma terutama pada anak
    3. Pengemudi/orang yang menjalankan mesin, terutama generasi I
    4. Glaucoma dan hipertrofi prostat, terutama generasi I
    5. Gangguan kardiovaskuler dan hepatik, terutama penggunaan terfenadin dan astemizol

    Kontraindikasi Antagonis H2
    1. Penggunaan simetidin harus hati-hati pada orang tua dan gangguan hati.
    2. Hati-hati penggunaan ranitidin, famotidin, dan nizatidin pada wanita menyusui

    ReplyDelete
  2. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmr 3.
    Penggunaan jangka panjang antihistamin salah satunya dapat menyebabkan kerusakan pada hati, dikarenakan obat tersebut dimetabolisme di organ hati. Selain dapat memnyebabkan keruskaan pada hati penggunaan antihistamin dalam jangka panjang dapat mengurangi efek klinik dari antihistamin yang digunakan. Bila hal ini terjadi dapat diatasi dengan pergantian golongan antihistamin yang lain sehingga dapat mengembalikan kemanjuran dari pengobatan.

    ReplyDelete
  3. Anti histamin no 1
    mngenai efek samping dari histamin yaitu Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yaitu sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tengg orokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

ANALGETIK

HEMATOLOGI

ANTIKONVULSI